Sang surya tampak mulai keluar dari tempat persembunyiannya. Hmm... Minggu pagi yang begitu cerah. Udara terasa begitu sejuk, membuatku malas untuk beranjak dari tempat tidurku. Kutarik lagi selimutku untuk menutupi seluruh tubuhku agar tetap terasa hangat. Hmm... Begitu nyaman, begitu hangat, dan tenang.
"drrtt... drrtt... What if geudaega nal, saranghal geotman gata, jogeum gidarimyeon, naege ol geotman gataseo... drrtt... drrtt..."
Terdengar potongan lagu "What If" yang dipopulerkan oleh boyband asal Korea Selatan, Super Junior KRY mengalun lembut.
“Ireon gidaero naneun, geudael ddeonal su eobjyo, geureohke shigani, ssahyeo apeumi dweneun geol.”
Kulantunkan lagu yang mengandung seribu kenanganku bersama kekasihku dahulu. Well, kata mantan pacar terasa lebih cocok untuk menggambarkan sosok seorang Ryan sekarang. Kuambil HP Nexian G868 milikku, layar touchscreen yang dimilikinya tampak berkedip-kedip, hidup, mati, hidup, mati. Dilayar 3inchi yang dimilikinya, memperlihatkan kalimat yang kini terasa begitu menyakitkan. "Happy 6th month Anniversary, Ryan Kamal!!"
Hati ini terasa begitu sakit, mengingat 6bulan yang lalu, tepat tanggal 14 Februari kau menyatakan perasaanmu kepadaku.
Ryan : "Bisa ngomong sebentar?"
Lala : "Ngomong aja. Ribet amat mau ngomong aja."
Ryan : "Berduaan? Bisa?"
Mengingat obrolan kita, 6bulan lalu, tepat sepulang sekolah. Saat kau mengajakku pergi ke suatu tempat, hanya berdua. Bukit Bintang, menjadi salah satu tempat kenangan kita. Aku masih ingat betul, saat itu kau bawa sekuntum mawar putih. Katamu, jika aku mau menjadi pacarmu, akan ada bunga cantik setiap harinya, takkan ada air mata jatuh menetes dari pipiku, takkan ada Lala yang memasang raut cemberut. Yang ada hanya Lala yang riang, dan selalu menebar senyuman manis setiap harinya.
"Dasar raja gombal!" bisikku pelan, merasa geli tentang kata-kata yang dahulu terasa begitu nyata.
1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, hari-hariku terasa seperti disurga. Kau yang selalu mengantarku pulang kerumah, kau yang sekalipun tak pernah absen mengirimiku pesan singkat, kau yang selalu menghiburku disaat aku punya masalah dengan temanku. Saat itu, aku merasa betapa beruntungnya aku, gadis SMP biasa yang bisa memiliki kekasih sepertimu, cowok SMA yang memiliki wajah tampan, dan berhati malaikat. Saat itu, ya, saat itu…
Peringatan 4bulan masa jadian berjalan sempurna. Ryan dan aku pergi ke Malang Town Square, atau lebih dikenal dengan sebutan MATOS. kami menghabiskan waktu bersamaan, berdua. Pergi menonton Film yang diputar di bioskop, makan berdua, berbelanja berdua. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 20.30 WIB, Ryan memutuskan untuk mengakhiri perayaan kali ini, dan mengantarkanku pulang kerumah. Hari itu terasa begitu spesial. Bahkan aku sampai memimpikannya.
Namun, sejak malam itu, ada yang berbeda dengan Ryan. Ryan mulai jarang memberi kabar kepadaku. Ia jarang mengirimiku pesan singkat, telpon hanya seminggu sekali, bahkan Ia tak pernah menjemputku lagi sepulang sekolah. Apa yang salah dariku? Aku tak pernah selingkuh selama bersamanya. Bahkan waktuku dulu banyak tersita hanya untuk bersamanya daripada menemani sahabatku, Vitta untuk sekedar mencari buku.
2 minggu terlewat tanpa kabar darimu. Aku masih ingat betul saat itu aku berulang kali meneteskan air mata karenamu. Aku benar-benar merasa rapuh, hampa. Nilai-nilai sekolahku saat itu turun drastis. Aku seringkali mengerjakan ujian ulang, semua itu karena Ryan.
Aku yang menceritakan semua keluh kesah ku kepada sahabatku, Vitta, sekali lagi meneteskan air mata. Vitta memang sahabatku yang paling bisa dipercaya. Semua permasalahan yang aku hadapi aku ceritakan semua kepadanya. Begitu pula dengannya. Semua masalah yang Ia hadapi selalu diceritakan kepadaku.
1 bulan sudah berlalu semenjak perayaan peringatan 4bulan masa jadian. 2minggu terakhir aku sudah bisa kembali menjadi Lala yang sebenarnya. Nilai sekolahku perlahan-lahan membaik, waktuku tak banyak tersita, sehingga aku bisa berkonsentrasi pada sekolah lagi. Ini semua karena nasihat dari sahabatku.
"Wes La, gak usah kamu pikirin arek lanang koyok Ryan iku! Cowok masih banyak La! Kamu lak ayu pisan! wes, kita udah kelas 9, wes gak usah dipikirin. Lek jodoh gak bakal kemana say." Potongan nasihat Vitta yang terasa begitu bermanfaat.
Namun, tak tahu mengapa, sekuat apapun aku coba untuk melupakan Ryan, masih ada satu dua kenangan yang tersisa diotakku. Lagipula, saat itu, aku masih bersatus sebagai pacarnya. Hati ini masih menunggu, menunggu dengan penuh harapan.
Hingga sekitar dua minggu yang lalu. Seusai melaksanakan sholat jum'at di sekolah, tiba-tiba aku melihat Ryan berada didepan gerbang sekolahku. Sedih, senang, deg-deg an, cemas, berharap, terasa campur aduk di hatiku. Vitta yang berada tepat disampingku tentu tahu apa yang sedang ku lihat. Saat itu, Vitta berusaha mencegahku untuk pergi menemui Ryan. Aku cepat-cepat memakai sepatu, mengambil tas punggung ungu milikku dan berjalan setengah berlari menuju tempat Ryan berdiri. Belum ada setengah jalan, aku memutuskan untuk berhenti. Kulihat kau menggandeng siswi SMA sebelah, baju seragamnya jelas menandakan cewek itu adalah siswi dari SMA sebelah. Mereka terlihat berjalan menuju DPR (Dibawah Pohon Rindang), terlihat begitu akrab, dekat, seperti orang berpacaran. Kuputuskan untuk berbalik badan, menghampiri teman-temanku yang masih berada disekolahan.
Bagaikan pohon tua yang tersambar petir, anak kucing yang terbawa arus Tsunami. Hati ku terasa panas, marah. Namun apa yang bisa kulakukan? Aku pasrah.
Kutatap mereka dengan wajah sinis penuh amarah. Salah satu temanku, Rimma, ternyata menangkap ekspresiku saat itu.
Rimma : "Kenapa La?" menatapku dengan wajah heran. "Ngeliatin apa se? Oh, Mbak Viya
sama Mas Ryan a?"
Lala : "Loh, kok kenal kamu?" tanyaku heran.
Kali itu, memang pertama kalinya aku melihat gadis yang katanya bernama Mbak Viya itu.
Rimma : "Mantan Nesaba kali, La! Nangdi ae kamu gak ngerti Mbak Viya?"
Aku hanya diam.
Rimma : "Baru jadian itu La. Baru 3bulan."
3bulan? Sekarang bulan apa? Agustus. 3bulan yang lalu, itu bulan... HAH? RYAN SELINGKUH?
Mengenang semua itu, tak terasa airmata perlahan keluar dari mataku. Melewati pipiku, dan jatuh kelantai kamar. Sedih? Tidak. Well, sedikit. Yang jelas, saat itu aku benar-benar patah hati.
“Shit! Gara-gara alarm HP tok! Wes, rusak hari mingguku!!” Gerutuku sambil menekan-nekan layar HP dengan kasar, bermaksud untuk menghapus semua reminder yang berkaitan dengan cowok itu dari HPku.
Sejak saat itu, aku mengerti mengapa Ryan selama 2bulan ini tak pernah menjemputku sepulang sekolah, menelfonku, bahkan sekedar mengirimiku pesan singkat. Dan keputusanku sudah bulat. Memang, belum ada kata putus terucap dari kedua belah pihak. Tapi, aku akan berusaha untuk melupakannya, membuang jauh-jauh semua memori bersamanya. Bagiku, semua sudah cukup.
Dan cintaku, cukup sampai disini.
Dan cintaku, cukup sampai disini.
No comments:
Post a Comment